Upaya penanggulangan erosi tanah dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Reboisasi
dan rehabilitasi lahan, penanaman kembali hutan-hutan yang telah gundul serta
mengganti tanaman yang sudah rusak, mati dan yang sudah tua
Tanah yang
terlalu miring sebaiknya dijadikan tanah perkebunan
Mengusahakan
permukaan tanah selalu tertutup oleh tanaman
Daerah
yang tanahnya miring dapatb dibuat parit atau teras dan pematang
Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Di Indonesia erosi yang terpenting disebabkan oleh air. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan, diperlukan upaya-upaya yang menjadi metode dalam rangka pelestariannya. Metode pengawetan tanah pada umumnya dilakukan untuk:
1) melindungi tanah dari curahan langsung air hujan;
2) meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
3) mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah).
4) meningkatkan stabilitas agragat tanah.
Ada tiga metode pengawetan tanah, yaitu metode vegetatif, metode mekanik atau teknik, dan metode kimia.
a. Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam pengontrolan erosi. Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode vegetatif antara lain sebagai berikut:
Penghijauan, yaitu penanaman kembali
hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman tahunan seperti akasia, angsana, flamboyant.
Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap
debu atau kotoran di udara lapisan bawah.
Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan
gundul dengan jenis tanaman keras seperti pinus, jati, rasamala, cemara. Fungsinya untuk
menahan erosi dan diambil kayunya.
Penanaman secara kontur (contour strip
cropping), yaitu menanami lahan searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk
menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah.
Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 – 8%.
Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering),
yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras seperti pinus, jati, cemara.
Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan,
memperlambat erosi, dan memperkaya bahan organik tanah.
Penanaman tanaman secara berbaris
(strip cropping), yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara
berbaris (larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air
atau arah angin. Pada daerah yang hampir datar, jarak tanaman diperbesar.
Sedangkan pada daerah yang kemiringannya lebih dari 8% maka jarak tanamannya
dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan mempertahankan
kesuburan.
Pergiliran tanaman (croprotation),
yaitu penanaman tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis
tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar kesuburan
tanah tetap terpelihara.
b.
Metode mekanik atau teknik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off), menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak. Beberapa cara yang umum dilakukan pada metode mekanik, antara lain sebagai berikut:
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off), menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak. Beberapa cara yang umum dilakukan pada metode mekanik, antara lain sebagai berikut:
Pengolahan tanah menurut garis
kontur (contour village), yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur.
Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar resapan air.
Pembuatan tanggul/guludan/pematang
bersaluran, yaitu dalam pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar
air hujan dapat tertampung dan meresap ke dalam tanah. Pada tanggul dapat
ditanami palawija.
Pembuatan teras (terrassering),
yaitu membuat teras-teras (tanggatangga) pada lahan miring dengan lereng yang
panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air
dan mengurangi erosi.
Pembuatan saluran air (drainase).
Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang menjadi lereng
yang pendek, sehingga aliran dapat diperlambat dan mengatur aliran air sampai
ke sungai. Metode pengawetan tanah akan sangat efektif apabila metode mekanik
dikombinasikan dengan metode vegetatif, misalnya terrassering dan buffering.
c. Metode kimia
Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Tanah dengan struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan, sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan (run off) tetap kecil. Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan, walaupun cukup efektif tetapi biayanya mahal. Sekarang ini umumnya masih dalam tingkat percobaan. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan ini antara lain Bitumen dan Krilium. Emulsi dari bahan kimia tersebut dicampur dengan air, misal dengan perbandingan 1:3, kemudian dicampur dengan tanah.
USAHA
MENGURANGI EROSI TANAH
1. Tekstur dan Kesuburan Tanah
Tanah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan lebih subur daripada tanah gundul atau tidak ada tumbuh-tumbuhannya, karena di dalamnya terkandung lapisan bunga tanah yang tidak terkena erosi.
Ciri-ciri tanah subur antara lain : tekstur dan struktur tanahnya baik, yaitu butir-butir tanahnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, banyak mengandung air untuk melarutkan garam-garaman.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain komposisi mineral dan batuan/bahan induk, sifat dan cepatnya proses pembentukan tanah local, serta umur relatif tanah.
Hubungan antara tekstur dan kesuburan tanah tidak selalu ada meskipun tekstur tanah dapat menentukan atau berpengaruh dalam beberapa hal berikut :
a)
Pengerjaan tanah, misalnya tanah
berpasir di daerah iklim basah biasanya cepat terurai. Selain itu, tanah
tersebut berkapasitas rendah dalam menahan air, sehingga mudah mengering.
Dengan menambah bahan-bahan organis, maka kesuburan tanah tersebut dapat ditingkatkan.
b)
Pengerjaan tanah berpasir di daerah
beriklim kering (arid). Tanah di sini meskipun kadar bahan makanannya cukup
tinggi, tetapi nilai kesuburannya rendah karena minimnya presipitasi,
pencucian, dan rendahnya kapasitas menahan air.
c)
Pengerjaan tanah lempung. Dipandang dari sudut
mudah tidaknya dikerjakan dan komposisi kimiawinya, tanah lempung mempunyai
sifat yang bermacam-macam, diantaranya bersifat plastis dan sukar untuk diolah
bila basah, serta keras jika kering. Namun, di daerah iklim tropis basah tanah
lempung memiliki permeabilitas walaupun rendah.
Ketebalan atau solum tanah menunjukkan
berapa tebal tanah diukur dari permukaan sampai ke batuan induk. Erosi
menyangkut banyaknya partikel-partikel tanah yang terpindahkan. Drainase adalah
pengeringan air yang berlebihan pada tanah yang mencakup proses pengatusan dan
pengaliran air yang berada dalam tanah atau permukaan tanah yang mengenang.
Dilihat dari segi kesuburannya, tanah dibedakan atas tanah-tanah muda, dewasa, tua dan sangat tua.
Dilihat dari segi kesuburannya, tanah dibedakan atas tanah-tanah muda, dewasa, tua dan sangat tua.
a.
Tanah muda, berciri unsur hara atau
zat makanan yang terkandung di dalamnya belum banyak sehingga belum subur.
b.
Tanah dewasa, berciri unsur hara
atau zat makanan yang terkandung didalamnya sangat banyak sehingga tanah ini
sangat subur. Tanah inilah yang sangat baik untuk pertanian.
c.
Tanah tua, berciri unsur atau zat
hara makanan yang terkandung di dalamnya sudah berkurang.
d.
Tanah sangat tua, berciri unsur hara
atau zat makanan yang terkandung di dalamnya
sudah sangat sedikit, bahkan hampir habis sehingga ada yang menyebut
jenis tanah ini sebagai tanah yang mati. Tanah ini sangat tidak subur.
Berdasarkan asal (susunan)
senyawanya ada dua macam pupuk.
a)
Pupuk alam (pupuk organik), yaitu pupuk yang
dihasilkan dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia seperti pupuk hijau, pupuk
kandang, dan pupuk kompos. Pupuk ini dapat menyerap air hujan, memperbaiki daya
mengikat air, mengurangi erosi dan untuk perkembangan akar atau biji.
b)
Pupuk buatan (pupuk anorganik),
yaitu pupuk yang dibuat dalam pabrik, yang terbagi dua jenis, yaitu pupuk
tunggal, misalnya pupuk fosfat (P), pupuk kalium (K), pupuk nitrogen (N) yang
dikenal pupuk urea, ammonium sulfat, dan ammonium klorida, serta pupuk majemuk,
yaitu pupuk NP, NK, PK, NPK, dan lain-lain. Keuntungan pupuk pabrik adalah praktis,
ringan, mudah larut, dan cepat bereaksi. Agar berhasil baik dalam pemupukan
perlu diperhatikan potensi tanah, jenis pupuk, dosis pemupukan, waktu, dan cara
pemberian pupuk.
2. Menjaga Kesuburan Tanah dan Usaha Mengurangi Erosi Tanah
Kesuburan tanah dapat dijaga dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a.
Pemupukan, diusahakan dengan pupuk
hijau, pupuk kandang, pupuk buatan dan pupuk kompos.
b.
Sistem irigasi yang baik, misalnya
membuat bendungan-bendungan
Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan-hutan cadangan.
Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan-hutan cadangan.
c.
Menanami lereng-lereng yang telah
gundul
d.
Menyelenggarakan pertanian di daerah
miring secara benar.
e.
Kemiringan lereng adalah kemiringan
suatu lahan terhadap bidang horizontal.
f.
Semakin besar sudut kemiringan lahan
tentu akan semakin besar kemungkinan erosi dan longsor.
Untuk menjaga kestabilan lahan pertanian
daerah miring dan untuk mengurangi tingkat erosi tanah, maka diperlukan
beberapa langkah berikut :
a)
Terasering, yaitu menanam tanaman
dengan sistem berteras-teras untuk mencegah erosi tanah.
b)
Contour farming, yaitu menanami
lahan menurut garis kontur, sehingga perakaran dapat menanam tanah.
c)
Pembuatan tanggul pasangan (guludan)
untuk menahan hasil erosi.
d)
Contour plowing, yaitu membajak
secara garis kontur sehingga terjadilah alur-alur horizontal.
e)
Contour strip cropping, yaitu
bercocok tanam dengan cara membagi bidang-bidang tanah itu dalam bentuk sempit
dan memandang dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-belok.
f)
Crop rotatica, yaitu usaha
pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur hara
akibat diisap terus oleh salah satu jenis tanaman.
g)
Reboisasi, menanami kembali
hutan-hutan yang gundul.
Tingkat erosi suatu lahan akan sangat
berpengaruh terhadap kesuburan tanah untuk pertanian. Semakin tinggi/besar
tingkat erosi tanah permukaannya berarti semakin tidak subur dan tidak cocok
untuk tanaman pertanian pangan.
Lahan potensial yang ada di permukaan bumi dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk non pertanian antara lain dalam bentuk:
Lahan potensial yang ada di permukaan bumi dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk non pertanian antara lain dalam bentuk:
a.
Pemanfaatan untuk lokasi industry
b.
Pemanfaatan untuk lokasi perdagangan
c.
Pemanfaatan untuk wilayah permukiman
d.
Pemanfaatan untuk
fasilitas-fasilitas sosial seperti hiburan, prasarana, transportasi dan fasilitas-fasilitas sosial lainnya.
3. Kelas Kemampuan Lahan
Tingkat kecocokan pola penggunaan lahan dinamakan kelas kemampuan lahan. Lahan kelas I sampai IV merupakan lahan yang sesuai bagi usaha pertanian, sedangkan lahan kelas V sampai VIII merupakan lahan yang tidak sesuai untuk usaha pertanian. Ketidaksesuaian karena biaya pengolahannya lebih tinggi dibandingkan hasil yang bias dicapai.
Secara lebih terperinci lahan dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Kelas I Merupakan lahan dengan ciri tanah datar, tanahnya agak halus, mudah diolah, sangat responsif terhadap pemupukan dan memiliki sistem pengaliran air yang baik.
Kelas II Merupakan lahan dengan ciri lereng landai, butiran tanahnya halus sampai agak kasar. Tanah kelas II agak peka terhadap erosi.
Kelas III Merupakan lahan dengan ciri tanah terletak di daerah yang agak miring dengan sistem pengairan air yang kurang baik.
Kelas IV Merupakan lahan dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang miring sekitar 15% - 30% dengan sistem pengaliran yang buruk.
Kelas V Merupakan lahan dengan ciri terletak di wilayah yang datar atau agak cekung, namun permukaannya banyak mengandung batu dan tanah liat.
Kelas VI Merupakan lahan dengan ciri ketebalan tanahnya tipis dan terletak di daerah yang agak curam dengan kemiringan lahan sekitar 30% - 45%.
Kelas VII Merupakan lahan dengan ciri terletak diwilayah yang sangat curam dengan kemiringan antara 45% - 65% dan tanahnya sudah mengalami erosi berat.
Kelas VIII Merupakan lahan dengan ciri terletak di daerah dengan kemiringan di atas 65%, butiran tanah kasar dan mudah lepas dari induknya.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan pertanian ialah produktivitas tanah pada lingkungan yang normal untuk menghasilkan tanaman tertentu.
Tingkat produktivitas tanah sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembaban udara, sistem pengolahan lahan, dan pemilihan jenis tanaman. Program Panca Usaha Tani yang meliputi :
Tingkat kecocokan pola penggunaan lahan dinamakan kelas kemampuan lahan. Lahan kelas I sampai IV merupakan lahan yang sesuai bagi usaha pertanian, sedangkan lahan kelas V sampai VIII merupakan lahan yang tidak sesuai untuk usaha pertanian. Ketidaksesuaian karena biaya pengolahannya lebih tinggi dibandingkan hasil yang bias dicapai.
Secara lebih terperinci lahan dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Kelas I Merupakan lahan dengan ciri tanah datar, tanahnya agak halus, mudah diolah, sangat responsif terhadap pemupukan dan memiliki sistem pengaliran air yang baik.
Kelas II Merupakan lahan dengan ciri lereng landai, butiran tanahnya halus sampai agak kasar. Tanah kelas II agak peka terhadap erosi.
Kelas III Merupakan lahan dengan ciri tanah terletak di daerah yang agak miring dengan sistem pengairan air yang kurang baik.
Kelas IV Merupakan lahan dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang miring sekitar 15% - 30% dengan sistem pengaliran yang buruk.
Kelas V Merupakan lahan dengan ciri terletak di wilayah yang datar atau agak cekung, namun permukaannya banyak mengandung batu dan tanah liat.
Kelas VI Merupakan lahan dengan ciri ketebalan tanahnya tipis dan terletak di daerah yang agak curam dengan kemiringan lahan sekitar 30% - 45%.
Kelas VII Merupakan lahan dengan ciri terletak diwilayah yang sangat curam dengan kemiringan antara 45% - 65% dan tanahnya sudah mengalami erosi berat.
Kelas VIII Merupakan lahan dengan ciri terletak di daerah dengan kemiringan di atas 65%, butiran tanah kasar dan mudah lepas dari induknya.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan pertanian ialah produktivitas tanah pada lingkungan yang normal untuk menghasilkan tanaman tertentu.
Tingkat produktivitas tanah sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembaban udara, sistem pengolahan lahan, dan pemilihan jenis tanaman. Program Panca Usaha Tani yang meliputi :
Pengolahan lahan
Pengairan
Cara pemupukan
Pemberantasan hama dan penyakit
4 Lahan Kritis dan Lahan Potensial
Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara lain sebagai berikut :
a. Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan
b. Genangan air yang terus menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa.
c. Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring. Masswasting adalah gerakan massa tanah menuruni lereng.
d. Pengelolaan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan.
e. Material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh bakteri) misalnya plastic.
f. Pembekuan air atau pegunungan yang sangat tinggi.
g. Pencemaran, pestisida dan limba pabrik yang masuk ke lahan pertanian baik melalui aliran sungai yang mengakibatkan lahan pertanian menjadi kritis.
Jika lahan kritis dibiarkan akan membahayakan kehidupan manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Upaya penanggulangan lahan kritis dilaksanakan sebagai berikut :Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan, peternakan, dan usaha lainnya.
2) Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-teras pada lereng bukit.
3) Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan
4) Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan
5) Perlu adanya usaha kea rah Program kali bersih (Prokasih)
6) Pengelolaan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai (DAS)
7) Pengembangan keanekaragaman hayati dan pola pergiliran tanaman.
8) Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah pada terjadinya lahan kritis
9) Menghilangkan unsur-unsur yang dapat menganggu kesuburan lahan pertanian. Misalnya plastic. Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang sangat diharapkan.
10) Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau secara tepat dan terus menerus.
11) Guna menggemburkan tanah sawah, perlu dikembangkan tumbuhan yang disebut azola.
12) Memanfaatkan tumbuhan enceng gondok guna menurunkan zat pencemar yang ada pada lahan pertanian.
Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum diolah
dan jika diolah akan mempunyai nilai ekonomi yang besar karena mempunyai
tingkat kesuburan yang tinggi dan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan
manusia.
Lahan potensial tersebar di tiga wilayah utama daratan yaitu di daerah pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi.
Upaya-upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahan-lahan potensial dilaksanakan antara lain dengan cara berikut :
Lahan potensial tersebar di tiga wilayah utama daratan yaitu di daerah pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi.
Upaya-upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahan-lahan potensial dilaksanakan antara lain dengan cara berikut :
a)
Merencanakan penggunaan lahan yang
digunakan manusia.
b)
Menciptakan keserasian dan
keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan dalam wilayah tertentu.
c)
Merencanakan penggunaan lahan kota
agar jangan sampai menimbulkan dampak pencemaran.
d)
Menggunakan lahan seoptimal mungkin
bagi kepentingan manusia.
e)
Memisahkan penggunaan lahan untuk
pemukiman, industri, pertanian, perkantoran, dan usaha-usaha lainnya.
f)
Membuat peraturan
perundangan-undangan yang meliputi pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan
umum dan peraturan perpajakan.
g)
Melakukan pengkajian terhadap
kebijaksanaan tata ruang, perijinan, dan pajak dalam kaitannya dengan konversi penggunaan
lahan.
h)
Menggunakan teknologi pengolahan
tanah, penghijauan, reboisasi dan pembuatan sengkedan di daerah pegunungan.
i)
Perlu usaha permukiman penduduk dan
pengendalian peladang berpindah.
j)
Mengelola dengan baik daerah aliran
sungai, daerah pesisir dan daerah di sekitar lautan.
boleh saya copas dan saya rubah buat dipost ke blog saya? kalau boleh teri,maksih, kalau tidak terimakasih juga :)
BalasHapusWow it is amazing
BalasHapusKeren binggow dah!!!!
Sitimewa🏆🏆🏆
Menarik Gan, setuju, mari amankan bumi. Ini ada program penanaman pohon berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi alam dan manusia. program revolusioner, "MENANAM POHON SEKALIGUS MENDAPATKAN KEUNTUNGAN EKONOMOMI DALAM PENANAMAN DAN KAMPANYENYA"
BalasHapusCari Tahu caranya di : http://www.greenwarriorindonesia.com